Jakarta, Gatra.com– Dalam rangka memperingati hari autisme sedunia, Raysha Management Team dan Sunrise Art Gallery kembali menyelenggarakan pameran lukisan bertajuk A Group Charity Art Exhibition “Dare to be Great, Dare to Collaborate and Dare to Love”. Diresmikan pada tanggal 3 April 2023 dan pameran dibuka untuk umum mulai tanggal 4 – 31 April 2023 di Sunrise Art Gallery, Fairmont Jakarta.
Raysha berkolaborasi dengan empat pelukis berkebutuhan khusus lainnya, memamerkan karya lukis bernilai seni. Selain itu, lukisan Raysha juga dituangkan dalam bentuk merchandise dan diperjual belikan di Arcade Gallery, Fairmont Hotel.
Hasil penjualan lukisan dan merchandise dalam kegiatan ini akan diberikan kepada pelukis dan didonasikan kepada Rumah Autis yang menangani anak-anak autis dan anak berkebutuhan khusus dari keluarga prasejahtera.
A Group Charity Art Exhibition “Dare to be Great, Dare to Collaborate and Dare to Love” dikemas sebagai ajang pameran 46 lukisan hasil goresan tangan anak berkebutuhan khusus. Karya-karya yang dilukis di atas kanvas memiliki nilai seni sebagai ekspresi isi hati, sebagai sarana komunikasi.
Perpaduan guratan dan komposisi warna pada lukisan tersebut memberikan makna nilai seni yang dimiliki oleh tangan-tangan kreatif. Raysha Dinar Kemal Gani (19), Dwi Putro Mulyono Jati (60), Kezia Kuryakin Sibuea (27), Shan Rafael (21), Owen Philip Widjajakusuma (20).
“Kelima pelukis ini mempunyai perasaan yang sama seperti kita. Tema yang diangkat dalam pameran ini memiliki arti khusus,” kata Founder London School Centre for Autism Awareness, Prita Kemal Gani dalam konferensi persnya, Senin (3/4).
Dare to be Great, lanjut Prita mewakili perasaan mereka untuk dihargai karya – karyanya dan ingin berupaya sebaik – baiknya. “Para pelukis ingin menjadi yang terbaik walau dengan segala keterbatasannya,” ujarnya.
Dare to Collaborate, Prita menjelaskan bahwa dengan bantuan, kelima pelukis ini dapat berkolaborasi. “Tiada manusia yang sakti sendiri, manusia akan menjadi sakti apabila mengerjakan pekerjaan bersama – sama dan menikmati hasilnya bersama,” paparnya.
Lalu Dare to Love, kelima pelukis ini berani menunjukkan kecintaan pada seni lukis dan melukis merupakan waktu yang menyenangkan serta waktu untuk menumpahkan kecintaan pada hobi yang dapat menghasilkan karya seni yang dapat membuat orang yang melihat berbahagia.
Kelima pelukis berkebutuhan khusus ini juga dapat berhasil dan menanggulangi kendala autistiknya, sehingga melalui pameran lukisan, mereka berhasil dapat mandiri dan bersosialisasi, dapat menolong dirinya sendiri, dan dapat menolong orang lain.
Prita menyampaikan harapan, lewat hadirnya pameran lukisan ini, penerimaan individu berkebutuhan khusus di masyarakat semakin meningkat. Mereka bisa mandiri dan dapat berkontribusi untuk masyarakat.
Sunrise Art Gallery turut menunjukkan kepeduliannya dengan mendukung kegiatan ini. Berlokasi strategis di Hotel Bintang 5, Sunrise Art Gallery dibangun dengan visi untuk menjadi pintu bagi Seniman Indonesia dan Internasional yang berbakat.
Galeri ini menyajikan karya-karya seni terkenal, baik lokal maupun internasional yang berfokus pada seni kontemporer. Selain itu, hadir pula sebagai tempat berbagi ide dan pengetahuan melalui workshop, seminar, artist talk, dan kegiatan lain yang melibatkan seni, serta melaksanakan berbagai program untuk amal.
“Sunrise Art Gallery melakukan beberapa eksibisi amal setiap tahunnya untuk membantu ABK yang tidak hanya sebagai terapi, namun juga mengekspresikan emosi dan kreativitas mereka. Bagi kami penting mendukung dan memberikan suara bagi mereka yang sulit menyampaikan emosinya,” ungkap Direktur Sunrise Art Gallery, Jessica Senjaya.
Rumah Autis, sebuah Lembaga Sosial yang menangani anak-anak autisme dan anak berkebutuhan khusus (ABK) dari keluarga prasejahtera. Pasangan Deka Kurniawan dan Laili Ulfiati, bersama dua terapis muda Ismunawaroh dan Henny Ma’rifah, memulai kegiatan Rumah Autis pada 9 Desember 2004 di rumah kontrakan sederhana di kawasan Jati Makmur, Pondok Gede – Bekasi.
Seiring berjalannya waktu, Rumah Autis terus mendapat tanggapan positif masyarakat. Rumah Autis kini memiliki 9 cabang di wilayah Jabodetabek, Karawang dan Bandung, dan menangani lebih dari 200 anak. Lembaga ini kerap memberikan layanan gratis untuk keluarga miskin. Seluruh biaya operasional dan peralatan sederhana Rumah Autis diperoleh dari kemurahan hati para Donatur.
Adapun Kelima artis ini adalah:
1.Raysha Dinar Kemal Gani
Raysha mulai belajar melukis dua tahun yang lalu ketika Pandemi, Raysha tak dapat keluar rumah untuk beraktifitas dan lain-lain. Raysha yang suka kegiatan outdoor, kami kenalkan dengan kegiatan melukis. Ternyata melukis membantunya untuk konsentrasi dan menjadi lebih tenang.
2. Dwi Putro Mulyono Jati (Pak Wi)
PakWi ini pernah juga di wawancara di acara Kick Andy, dalam kehebatannya melukis. Pak Wi sama seperti pelukis autistik lainnya, mempunyai berbagai kendala dan keterbatasan.
3. Shan Rafael Saputra
Kehebatan Shan dalam melukis dengan detail dan teknik yang luar biasa, membawa Shan menjadi pelukis yang dapat melukis diatas mobil Porsche bersama Porsche Indonesia. Lukisan Shan pada mobil Porsche menjadi one of a kind.
4. Kezia Kuryakin Sibuea
Kezia juga melukis di dinding MRT Station – Jakarta, dan juga melukis ketika pembukaan Terminal 3 Airport Soekarno Hatta.
5. Owen Phillip Widjajakusuma
Owen terpilih untuk tampil dalam Police Art Festival, bulan Desember yang lalu, yang mana sangat ketat pemilihannya oleh para kurator lukisan untuk bisa lukisannya tampil di festival ini.
Artikel ini telah tayang di halaman gatra.com dengan judul “Hari Autisme Sedunia, Raysha gelar A Group Charity Art Exhibition”. Baca selengkapnya: https://www.gatra.com/news-568961-hiburan-hari-autisme-sedunia-raysha-gelar-a-group-charity-art-exhibition.html