Lead: ASEAN SDG University Short Film Competition membuka jendela baru bagi sineas muda di kawasan ASEAN untuk mengeksplorasi bakat dan kreativitas mereka. Dengan dukungan dari AIFFA, kompetisi ini menjadi lanskap di mana inovasi, kerjasama, dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan berpadu dalam sinematografi

Meta Description: _”ASEAN SDG University Short Film Competition merayakan talenta, inovasi, dan kolaborasi dari sineas muda ASEAN. Kompetisi ini menekankan peran industri film dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Ikuti petualangan sinematik ini, dan temukan bagaimana bakat dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina bersatu dalam kompetisi yang membekas.”

 

Hari ini (2/08), kita menyaksikan pencapaian monumental di bidang perfilman ASEAN dengan peluncuran ASEAN SDG University Short Film Competition. Acara yang brilian ini adalah hasil dari kolaborasi antara ASEAN PR Network dan World Comm, yang berfungsi sebagai bagian penting dari Asean International Film Festival Awards (AIFFA) tahun ini, menjadi tonggak sejarah dalam dunia film.

Festival dan Penghargaan Film Internasional ASEAN (AIFFA) adalah sebuah acara kompetisi yang diadakan setiap tahun, dan untuk tahun ini, Kuching, Sarawak, Malaysia menjadi tuan rumah. 

Selama tiga hari, festival ini akan menjadi titik temu bagi para profesional terkemuka di bidang film dari kawasan ASEAN, seperti sutradara, sinematografer, aktor, aktris, selebriti, mahasiswa film, serta penggemar film. 

Mereka berkumpul untuk menonton film-film unggulan, menikmati pertunjukan dari artis-artis ternama, dan belajar dari para pembuat film terkemuka di kawasan ini.

“Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh peserta, dosen, dan panitia yang telah bekerja tanpa lelah untuk mewujudkan acara ini. Dedikasi dan komitmen Anda pada dunia pembuatan film menginspirasi kita semua dan mendorong inti dari kompetisi ini,’ kata Dr. (H.C.) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, FIPR, pada pembukaan SDG’s Film Festival di ………  (2/08)

Kompetisi film pendek yang memberikan dampak luar biasa ini mengundang partisipasi dari mahasiswa berbakat di seluruh ASEAN, membangun panggung kreatif di mana imajinasi, inovasi, dan dialog antarbudaya yang kreatif. “Secara khusus saya sampaikan kepada Mr. Jaffri Amin Osman, Direktur Eksekutif AIFFA, dan Ms. Livan Tajang, Direktur Festival, yang tanpa henti mendukung tim ASEAN PR Network dalam mengkristal penghargaan ini,” kata Prita.

Ms. Fiona Cassidy, yang memiliki gelar APR, LPRINZ, FPRINZ dan pernah menjabat sebagai Presiden Institut PR di Selandia Baru serta menjadi Anggota Dewan Global Alliance untuk Manajemen PR dan Komunikasi, menyatakan rasa terhormatnya hadir dalam acara Penghargaan Film Pendek Universitas ASEAN SDG pertama. Acara ini menjadi ajang penghormatan bagi bakat film yang menakjubkan dari para pelajar universitas muda di seluruh kawasan ASEAN.

Yang menjadikan kompetisi tahun ini begitu spesial adalah fokusnya pada 5 Pilar SDG: orang, kemakmuran, planet, perdamaian, dan kemitraan. Para sineas muda yang berbakat ini, melalui kreativitas mereka, telah memberikan suara pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), menciptakan cerita yang menembus batasan bahasa dan menyatukan perbedaan budaya.

Tidak hanya sekedar kompetisi, acara ini berfungsi sebagai festival, menyoroti kepesertaan Indonesia, Malaysia, dan Filipina, dan mendorong persaudaraan dan kerjasama di antara universitas ternama di ASEAN. Ini adalah perayaan keragaman dan potensi kawasan ASEAN, secara khusus Indonesia, yang kaya. “Melalui penghargaan ini, generasi muda mendapat platform untuk menyuarakan pandangannya di kancah internasional,” kata Cassidy.

Penghargaan terhadap bakat, daya cipta, dan kolaborasi yang ditampilkan dalam acara ini menggarisbawahi peran vital industri perfilman dalam merealisasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Antusiasme menyala untuk menyaksikan bagaimana kompetisi ini akan mempengaruhi hari esok, menjadi sumber inspirasi bagi para peserta dan penonton, serta menjadi peringatan akan kecerdasan dan kemampuan yang tersimpan dalam kawasan ini.

Banyak karya-karya film yang mempesona di ajang kompetisi ini. Karya-karya itu lahir dari para sineas muda yang berbakat. Selamat menikmati petualangan sinematik dalam ASEAN SDG University Short Film Competition yang tak akan terlupakan ini. Untuk jerih payah dan kreativitas mereka, mereka memang pantas mendapatkan penghargaan. 

Kata Kunci: ASEAN, Short Film Competition, sineas muda, inovasi, kerjasama, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, industri film, AIFFA, bakat, Indonesia, Malaysia, Filipina, kreativitas, penghargaan sinematik.

 

APA ITU AIFFA:

ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) merupakan kompetisi tahunan dan tahun ini  diadakan di Kuching, Sarawak, Malaysia. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini akan menjadi tempat berkumpulnya yang terbaik di industri film, termasuk sutradara, sinematografer, aktor, aktris, selebriti, mahasiswa film, dan penggemar film dari kawasan ASEAN. Mereka akan hadir untuk menyaksikan film-film terbaik, terhibur oleh artis-artis berkelas, dan mendapatkan pengetahuan dari pembuat film terkemuka di kawasan ini.

Tema AIFFA 2023 fokus pada perkembangan pesat ASEAN dalam adopsi teknologi dalam industri film, sejalan dengan evolusi digital di Sarawak. Dalam acara ini, akan ada berbagai kegiatan film dari kawasan ASEAN, yang akan diakhiri dengan pengumuman pemenang penghargaan AIFFA 2023. Acara ini akan dihadiri selebriti dan film-film hebat yang telah meraih penghargaan internasional. 

Juri yang akan berpartisipasi dalam ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) sebagai berikut: 

 

U-Wei Haji Saari (Head Juror): Ia adalah ketua dewan juri yang sudah dikenal dalam AIFFA, memimpin tim juri profesional sejak AIFFA pertama pada tahun 2013. U-Wei juga sering menjadi juri dalam ajang film di kawasan Asia-Pasifik dan Eropa.

 

Viva Westi (ASEAN Juror): Seorang penulis dan sutradara asal Indonesia. Salah satu film terbarunya adalah “Anwar ‘The Untold Story’.”

 

Ihsan Nurullah Kabil (International Juror): Seorang veteran dalam industri film Turki.

 

Effendee Mazlan (ASEAN Juror): Telah berkecimpung dalam industri film/TV Malaysia selama lebih dari 10 tahun. Dia dikenal dari film-film Neo-noir-nya seperti “Songlap” dan “Kami.”

 

Pham Thi Hong Anh (ASEAN Juror): Seorang aktris dan sutradara yang filmnya “The Way Station” telah meraih delapan nominasi dalam AIFFA 2017, memenangkan tiga penghargaan, termasuk Best Film.