Ecoxyztem yang merupakan perusahaan venture builder ini tampaknya selalu membawa acara yang penuh dengan manfaat dan juga pengetahuan. Bahkan pada acara yang diselenggarakan kali ini, Ecoxyztem ini bekerjasama dengan HSBC dan Greeneration Foundation dalam membahas mengenai permasalahan perubahan iklim. Pada Kamis, 18 Januari 2024 lalu perusahaan ini mengadakan Kick Off & Talkshow Climate Innovation Acceleration dengan tema “Building Climate Tech Ecosystem to Accelerate Ecopreneurs to Reaching ENDC Target by 2030”. Talkshow yang juga dihadiri beberapa perusahaan berbasis lingkungan tersebut dibuka oleh Bapak Francois de Maricourt sebagai President HSBC dan Andreas Pandu sebagai Chief Commercial Officer dari Ecoxyztem. Tidak tanggung-tanggung, moderator talkshow kali ini dibawakan oleh Gracia Paramitha yang hingga saat ini juga masih aktif menggaungkan permasalahan iklim.
Climate Innovation Acceleration (CIA) yang dimulai pukul 09.00 pagi ini langsung dibuka oleh seorang pembicara utama yang langsung memaparkan fakta mengenai seberapa daruratnya bumi kita akibat adanya pemanasan global yang hingga saat ini masih ditangani perlambatannya, yaitu Ibu Laksmi Dhewanthi, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Di dalam materi yang dibawakannya, Ibu Laksmi sepakat bahwa memang adanya ketercapaian net zero emission apabila Indonesia bisa bekerjasama dengan negara-negara lain untuk menangani dan mencapai misi dari permasalahan tersebut. Negara-negara yang dimaksud sebelumnya adalah negara yang menandatangani Paris Agreement dan Kyoto Agreement.
Selanjutnya, acara ini berjalan ke puncak acara, yaitu talkshow bersama dengan President Director dari Ecoxyztem, yaitu Bapak Bijaksana Junerosano, Head of Corporate Sustainability HSBC, Ibu Nuni Sutyoko, dan Novita Natalia sebagai co-founder dari Bicara Udara. Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh Ibu Gracia sebagai moderator dalam talkshow kali ini. Pada intinya, Indonesia masih masuk menjadi sebuah negara yang belum terlalu tahu mengenai teknologi. Oleh karena itu, pemerintah dan dari masyarakatnya sendiri harus bisa menerapkan dan mengajari bagaimana masyarakat yang belum tahu menjadi paham mengenai keberadaan teknologi dan fungsinya, terutama untuk melakukan perdagangan.
Ibu Nuni Sutyoko sebagai Head of Corporate Sustainability HSBC dalam acara talkshow kali ini mengungkapkan bahwa perusahaan tempatnya bekerja kali ini mengatakan bahwa dalam permasalahan perubahan iklim, hangat diperbincangkan mengenai investasi atau pendanaan agar penanganan permasalahan ini dapat terus berlanjut. Apa yang dilakukan HSBC sendiri untuk menyikapi adanya permasalahan iklim global itu sendiri ialah sejak puluhan tahun lalu, perusahaan ini sudah menerapkan adanya sustainability risk policies yang mereka buat. Tidak hanya itu, Ibu Nuni mengaku bahwa HSBC juga ikut membantu para pelaku bisnis untuk bisa secara perlahan melakukan transisi kepada nature dan energy. Tidak hanya itu, HSBC juga mengaku melakukan investasi untuk menangani permasalahan iklim global ini baik dari segi investasi teknologi maupun memberikan bantuan langsung ke alam. Oleh karena itu, perusahaan HSBC memiliki target besar untuk mendukung adanya keseimbangan dengan mencapai net zero secara global di tahun 2050.
Pembicara dalam talkshow ini yang ketiga ialah Ibu Novita Natalia selaku Co-Founder dari perusahaan Bicara Udara. Menurutnya, permasalahan utama yang saat ini masih sangat hangat untuk dibicarakan, terlebih di kalangan ibu rumah tangga ialah mengenai kualitas udara yang kian hari kian memburuk. Bahkan, Ibu Novita mengatakan bahwa anggaran BPJS menyentuh angka sebesar 18 triliun rupiah hanya untuk menangani polusi udara atau penyakit respirasi. Maka dari itu, Ia juga sepakat bahwa untuk dapat menanggulangi permasalahan ini semua instrumen harus sama dan saling bekerjasama menyatukan visi dan misi mereka
Terakhir ialah Bapak Bijaksana Junerosano yang juga merupakan President Director dari Ecoxyztem. Ketika ditanya mengenai tanggapan terhadap permasalahan bumi yang sudah cukup mengglobal ini, ia mengatakan bahwa karena permasalahan yang terjadi bergerak dan berkembang lebih cepat dibandingkan dengan solusinya. Oleh sebab itu, melihat apa yang terjadi, ia berharap bahwa Ecoxyztem dapat menjadi perusahaan yang ikut andil di dalam pembuatan dan pembangunan inovasi-inovasi baru untuk menyelamatkan kerusakan iklim yang ada.
Satu hal tambahan yang paling menarik ialah pada saat tim LSPR News mengadakan sesi wawancara singkat dengan Bapak Andreas Pandu atau yang akrab disapa Kak Pandu selaku Chief Commercial Officer dan ditanya mengenai langkah kecil apa yang dapat dilakukan bagi anak muda yang memiliki keterkaitan dengan isu kerusakan lingkungan dan ingin membangun perubahan atau bisnis tersebut, dirinya menyatakan bahwa:
“Mereka yang tertarik mengenai isu kerusakan lingkungan harus memiliki kepedulian terlebih dahulu dengan lingkungan mereka, bahkan dari hal sederhana seperti isu sampah, isu kualitas udara, dan lain sebagainya. Lalu apabila memang memiliki keterkaitan, dilihat lagi apakah ketertarikan mereka untuk bergerak dan berkembang menjadi seorang ecopreneur atau bekerja di dalam corporate yang memang peduli akan isu-isu tersebut, bahkan apakah mereka ingin menjadi seorang aktivis. Tapi, karena di Ecoxyztem, karena kami perusahaan venture builder, maka kami akan fokus untuk memperdayai masyarakat yang memang tertarik di dalam hal tersebut, mengkombinasikan antara lingkungan, mencari solusi untuk permasalahan, dan bagaimana disitu ada pergerakan ekonomi.”
Lalu tidak hanya itu, dari wawancara singkat tersebut, Kak Pandu menjelaskan bahwa Ecoxyztem juga dapat bekerjasama dengan suatu UMKM atau usaha yang baru berkembang yang memiliki ketertarikan di isu lingkungan dengan cara membuka platform pembelajaran xseed.ecoxyztem.com yang di dalamnya terdapat modul pembelajaran mengenai bisnis dan isu lingkungan. Barulah mulai dari sana sebuah perusahaan kecil bisa berkembang dan menjalin kerjasama dengan Ecoxyztem
Di dokumentasikan dan ditulis oleh Alivia Ichsania