Pada 5 Mei 2024 lalu, Ibu Prita Kemal Gani selaku founder & CEO dari Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR diundang ke dalam podcast Creative Talk” yang dibawakan oleh Bapak Nara Tama dan menjadi pembicara pada podcast tersebut. Acara “Creative Talk” ini merupakan sebuah tempat untuk berdiskusi. Pada podcast ini, obrolan dibuka dengan pembahasan mengenai Ibu Prita Kemal Gani yang baru-baru ini menghadiri salah satu sidang PBB, yakni Commision on the Status of Women yang ke-68 pada 18 Maret 2024 lalu.

Ibu Prita bercerita bahwa ketika diundang ke Commision on the Status of Women yang ke-68 tersebut dan menjadi salah satu pembicara, beliau menyampaikan mengenai salah satu topik yang penting untuk dibahas, yakni mengenai edukasi. Berlatar belakang dari dunia pendidikan, Ibu Prita juga menyampaikan hal yang sama di dalam podcast Creative Talk” ini sebagai salah satu topik pembuka. Ibu Prita mengungkapkan pendapatnya bahwa mendapatkan edukasi atau pendidikan yang layak merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan seseorang. Menurut beliau, adanya pendidikan dapat membantu seseorang untuk bisa menghadapi masalah, baik masalah yang terjadi di dalam ruang lingkup pendidikan formal ataupun permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak bisa hanya didapatkan dengan teori di dalam buku saja. Oleh karena itu, menurut Ibu Prita Kemal Gani sendiri sekolah sebagai tempat mengenyam pendidikan harus memberikan practical knowledge atau pembelajaran melalui praktik. Di dalam podcast Creative Talk”, Ibu Prita juga menyampaikan mengenai bagaimana seseorang harus bisa berkomunikasi secara baik sebagai aspek lain dari pentingnya kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang sudah dibahas sebelumnya. Menyadari hal tersebut, Ibu Prita membangun Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR dengan harapan untuk bisa menjadi media anak muda untuk mempelajari ilmu tersebut.

Memberikan tanggapan kembali, Bapak Nara Tama selaku pembawa acara meminta tanggapan Ibu Prita mengenai kampus-kampus yang hanya mengajarkan mahasiswa/i mereka ilmu yang general mengenai komunikasi sehingga pada akhirnya mahasiswa/i tersebut tidak tahu ingin berkecimpung di dunia yang seperti apa sesuai dengan minat dan bakat mereka setelah lulus. Menanggapi pertanyaan tersebut, Ibu Prita menyampaikan kalau dari segi pembelajaran yang diterapkan di institut yang ada di bawah naungannya, yakni Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, mahasiswa/i akan diajarkan dari hal-hal yang general terlebih dahulu barulah perlahan-lahan akan beralih ke bidang yang lebih spesifik. Seperti salah satu contohnya, seorang mahasiswa ingin masuk ke dalam industri media. Di Institut LSPR, mahasiswa tersebut akan diarahkan untuk masuk ke dalam jurusan Broadcasting & Digital Media Communication sehingga dapat diajarkan terlebih dahulu bagaimana memegang sebuah kamera secara benar, baik dari kamera sederhana hingga kamera profesional. Terlebih LSPR sudah bekerjasama dengan Panasonic untuk dapat menunjang fasilitas dalam pembelajaran sehingga mempermudah mahasiswa tersebut untuk berkembang.

Semakin terkesan dan penasaran, Bapak Nara Tama kembali bertanya adakah hal lainnya yang dibutuhkan selain pemikiran kritis dan juga skill untuk anak muda, terlebih mahasiswa/i di zaman sekarang? Memberikan jawaban terkait hal tersebut, Ibu Prita menjelaskan bahwa anak muda juga perlu untuk belajar berdiskusi dan bekerja di dalam kelompok untuk dapat memvalidasi ilmu yang sudah didapatkan sebelumnya. Hal tersebut guna mencari tahu apakah ilmu tersebut dapat diterapkan di industri yang dituju atau tidak. Bahkan dengan cara seperti itu, Ibu Prita juga menjelaskan bahwa di Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR juga dilatih untuk berani mengeluarkan argumen dan juga mempertahankan argumen tersebut sesuai dengan data yang ada. Hal tersebut penting untuk dilakukan karena menurut Ibu Prita pasti di luar sana akan terjadi banyak sekali pertukaran argumen untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Meskipun begitu, tetap harus digarisbawahi kalau penyampaian suatu argumen juga harus dengan tata krama karena adanya tata krama dapat membuat kita lebih disenangi dan lebih terbuka dengan apa yang ingin kita sampaikan.

Diskusi yang panjang namun penuh bobot ini ditutup dengan permintaan tips dari Bapak Nara Tama kepada Ibu Prita untuk anak muda di luaran sana untuk dapat membangun keprofesionalitasan mereka. Menjawab permintaan tersebut, Ibu Prita menegaskan bahwa poin pertama adalah seseorang harus mengetahui role model mereka siapa dan mereka ingin dirinya dibentuk seperti apa. Ibu Prita juga menekankan bahwa seseorang harus terlebih dahulu tahu masa depan seperti apa yang ingin dicapai. Poin kedua, menurut Ibu Prita seseorang harus benar-benar tahu bagaimana menjadi pribadi yang disukai banyak orang dengan cara membentuk diri sesuai dengan standar yang orang-orang senangi. Hal itu dimaksudkan dengan semakin mudah kita menjadi pribadi yang disukai oleh orang lain, maka akan dengan mudah membuat kita diterima oleh berbagai macam lingkungan yang ada di sekitar kita.

 

Full Video :

 

Artikel diketik oleh Alivia Ichsania