IMG 20240424 WA01782

Jakarta. penanews.net _ Ada pameran lukisan yang sangat spesial saat ini di Jakarta, tepatnya di Sunrise Art Gallery, Hotel Fairmont, Jakarta. Sebuah Charity Art Exhibition berjudul “Empowering Inclusivity, Powered by Hidden Talent” (Memberdayakan Inklusivitas, ditenagai oleh bakat terpendam) yang berkolaborasi dengan Panasonic mempersembahkan karya-karya dari pelukis penyandang autisme.

Pelukis remaja ini memiliki nama lengkap Raysha Dinar Kemal Gani. Putri bungsu dari Ibu Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR (Pendiri & CEO London School of Publik Relations – LSPR Communication and Business Institute) dan Bapak Kemal Effendi Gani (Pemimpin Redaksi SWA Magazine). Kolaborasi dengan Panasonic ini adalah kedua kalinya, setelah Desember 2023 lalu Raysha bersama delapan seniman maestro lainnya berhasil memamerkan dan menjual hasil karya lukisan produk Panasonic di Ashta.

Prita Kemal Gani selaku orang tua menyampaikan, “Terima kasih untuk Panasonic Gobel Indonesia atas kesempatan yang diberikan. Saya bersyukur dan bangga dengan perkembangan Raysha. Melukis merupakan salah satu terapi yang menjadi kegiatan rutin Raysha sejak tahun 2019. Raysha menjadi lebih banyak belajar meningkatkan konsentrasi dan ketenangan karena di balik keterbatasannya, Raysha memiliki rasa tanggung jawab yang besar dengan ingin selalu mengerjakan lukisannya hingga selesai dengan indah. Perkembangan signifikan ini tentu atas dukungan dari guru terapi, teman – teman dan perusahaan yang mendukung individu berkebutuhan khusus untuk berkarya.”

Di pameran yang berlangsung sampai 31 Mei 2024 ini Raysha yang kini berusia 20 tahun itu meluncurkan karya-karya lukisan bersama 4 pelukis lain yang juga penyandang spektrum autisme, yaitu Dwi Putro Mulyono Jati (61), Kezia Kuryakin Sibuea (28), Shan Rafael (22), dan Owen Philip Widjajakusuma (21).

Uniknya, mereka bukan hanya melukis di atas kanvas. Mereka juga melukis di atas produk-produk elektronik dari Panasonic, seperti rice cooker, lemari es, pengering rambut dan oven.

“Kelima pelukis ini mempunyai perasaan yang sama seperti kita. Tema yang diangkat dalam pameran ini memiliki arti khusus. Dare to be great, perasaan untuk dihargai karya – karyanya dan ingin berupaya sebaik – baiknya. Para pelukis ingin menjadi yang terbaik walau dengan segala keterbatasannya,” ujar Prita Kemal Gani.

Kelima pelukis berkebutuhan khusus ini juga berhasil mengatasi kendala autistiknya melalui pameran lukisan. Mereka berhasil mandiri dan bersosialisasi, dapat menolong dirinya sendiri dan dapat menolong orang lain.

Prita menyampaikan, lukisan Raysha juga dituangkan dalam bentuk merchandise dan diperjualbelikan di Fairmont Hotel. Hasil penjualan lukisan dan merchandise dalam kegiatan ini akan diberikan kepada pelukis dan sebagian didonasikan kepada Rumah Autis dan Yayasan Cinta Harapan Indonesia (YCHI) Autism Center yang menangani anak-anak autis dan anak berkebutuhan khusus dari keluarga prasejahtera. Rumah Autis adalah sebuah Lembaga Sosial yang menangani anak-anak autisme dan anak berkebutuhan khusus (ABK) dari keluarga prasejahtera. Berdiri sejak 2004, Rumah Autis kini memiliki 9 cabang di wilayah Jabodetabek, Karawang dan Bandung, serta menangani lebih dari 200 anak.

Melalui kolaborasi Raysha dan Panasonic, LSPR senantiasa berkomitmen menjadi perguruan tinggi yang inklusif. “Hal ini bertujuan agar tidak ada satupun individu yang tertinggal. Semua anak berhak berkarya dan tugas kita adalah mendukung dan menggali potensinya sehingga nantinya, individu berkebutuhan khusus dapat menjadi mandiri dan berdaya. Panasonic dan Raysha, bersama-sama, membuktikan bahwa seni dan elektronik dapat berdampingan, membuka jendela baru bagi kita semua untuk melihat dunia dalam cahaya yang lebih berwarna dan inklusif,” ujar Prita.

IMG 20240424 WA01822

Pameran lukisan dengan kolaborasi dengan Panasonic ini diresmikan oleh Anita Chairul Tanjung (Ketua CT Arsa Foundation). Prita Kemal Gani adalah anggota Rotary Club International, dan Rotary cabang Menteng mendapatkan waktu khusus untuk menghadiri pameran lukisan ini satu hari setelah dibuka tanggal 22 April. Selain dihadiri oleh Jono Effendy (Presiden Rotary Menteng 2023-2024) dan mantan presiden Rotary Club Menteng Senda Lesmana, acara ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh lain anggota Rotary Club, seperti Henny Kiemas (adik ipar Megawati Soekarnoputri), koreografer & manager seni Chendra Effendy Panatan serta pianis dan komponis terkemuka Ananda Sukarlan, Honorary Member Rotary Club. Maestro yang juga penyandang Asperger’s Syndrome dan pernah ditulis oleh Sydney Morning Herald sebagai “one of the world’s leading pianist … at the forefront of championing new piano music” ini pernah menulis di artikelnya di The Jakarta Post: (diterjemahkan oleh penulis) “Sutradara film Federico Fellini pernah berkata: ‘Semua karya seni bersifat otobiografis. Mutiara adalah otobiografi tiram’. Mutiara tercipta dari ketidaknyamanan dan rasa sakit, dan seni adalah upaya seniman untuk meringankan rasa sakit yang ditimbulkan baik dari dalam maupun luar tubuh kita. Itu sebabnya banyak seniman yang berkarakter kuat di karya seninya sebetulnya rapuh secara emosional, baik karena depresi, gangguan mental, atau pola asuh yang rusak (bisa juga misalnya dari keluarga broken home). Seni berfungsi sebagai katarsis (dari kata Yunani katarsis, yang berarti “pemurnian” atau “pembersihan”) yang awalnya digunakan oleh Aristoteles dalam tulisannya “Poetics” melalui pembersihan emosi yang menghasilkan pembaruan, keseimbangan, dan pemulihan.”

Rotary Club juga menyampaikan dukacita yang mendalam atas wafatnya seorang Honorary Member lain, sehari setelah pembukaan pameran ini. Ibu Mooryati Soedibyo, pendiri Mustika Ratu, telah wafat tanggal 24 April, dalam usia 95 tahun. Jasa-jasa dan karyanya untuk Indonesia akan selalu dikenang.

Sumber : https://penanews.net/autisme-sebagai-kelebihan-dalam-sebuah-pameran-lukisan/