Perfomance LSPR Choir

FPCI pada hari Sabtu, 2 Desember 2023 menyelenggarakan CIFP atau Conference on Indonesian Foreign Policy dengan tema “From Non-Alignment to Creative Alignment.” Acara ini berlangsung pada jam 11.30 hingga 18.30 di Hotel Grand Sahid, Jakarta, dan terbagi menjadi lima sesi di dalam lima ruangan yang berbeda. Hal yang menarik dari CIFP tahun ini ialah pembukaan yang dibuka oleh sesi bersama Bapak Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Namun, sebelum membicarakan mengenai hal tersebut, acara dibuka oleh founder FPCI, Bapak Dr. Dino Patti Djalal yang membicarakan mengenai perekonomian Indonesia yang diprediksi tidak akan ada perkembangan dari peralihan tahun 2023 ke tahun 2024 apabila berdasarkan data IMF Oktober 2023. Bahkan Indonesia pada tahun 2023 ini masuk dan menjadi bagian dari OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) dan hal tersebut dinilai sebagai suatu hal yang dapat membuat Indonesia maju. Pembukaan acara terbesar mengenai foreign policy ini selanjutnya dibuka oleh Dr. Idham Holik, Komisioner KPU RI, menyampaikan mengenai pemilihan umum yang akan diselenggarakan pada tahun 2024 nanti dan diharapkan untuk berjalan secara kondusif seperti periode-periode sebelumnya.

Berlanjut pada isi dari inti acara pada sesi pembukaan yang diisi oleh Bapak Anies Baswedan yang juga selaku salah satu calon presiden Republik Indonesia, di dalam pidatonya Bapak Anies menyampaikan banyak sekali pesan mengenai geopolitik yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat. Tidak hanya itu, Bapak Anies Baswedan juga menyampaikan mengenai ekonomi yang berkaitan dengan perubahan iklim yang terjadi, seperti gas emisi karbon. Selain itu, menurut Bapak Anies Baswedan banyak sekali negara yang bergerak dari bentuk demokrasi menjadi non demokrasi. 

Speech oleh Anies Baswedan Selaku Calon Presiden

Bergeser sedikit, Bapak Anies Baswedan juga sempat ditanya oleh Bapak Dino Patti Djalal mengenai gagasannya untuk perkembangan Indonesia ke depan. Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 tersebut menyatakan bahwa bukan sudah saatnya Indonesia untuk menjadi penonton di dalam perkembangan negara-negara yang ada di dunia. Menurut beliau, Indonesia sudah saatnya berkembang seperti negara lainnya, terlebih menggunakan soft power dari negara kepulauan ini yang memang sudah terkenal memiliki banyak sekali ragam jenis budaya yang dapat dimanfaatkan. Bapak Anies Baswedan juga menyampaikan bahwa Indonesia harus menentukan nilai yang ingin dijunjung tinggi sehingga bisa dijadikan sebagai kompas atau penunjuk ke arah mana Indonesia akan berkembang. Bahkan, Bapak Anies menyampaikan lima pilar untuk perkembangan Indonesia, yaitu pertahanan dan keamanan yang adaptif, ekonomi maju yang berkeadilan bagi semua rakyat Indonesia, pelestarian lingkungan dan budaya sehingga Indonesia memiliki lebih banyak daya tarik di mata dunia, memanfaatkan merek-merek lokal untuk menunjukkan taring Indonesia, dan memperkenalkan diplomasi yang proaktif dan inklusif.

Acara yang ramai dikunjungi oleh sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi Hubungan Internasional dari berbagai universitas ini berlangsung dengan lancar hingga selesai. Penutupan acara ini diakhiri dengan sesi dokumentasi bersama dan juga berfoto dengan Bapak Dino Patti Djalal selaku founder dari FPCI itu sendiri.

 

Artikel Oleh Alivia

Dokumentasi Oleh Wiradeffa