Pentas tari ‘P.I.N.E: Perfection Is Not Everything’.

Jakarta – 3 mahasiswi semester akhir LSPR Institute of Communication & Business dari jurusan Komunikasi Seni Pertunjukan (Performing Arts Communication) menyelesaikan perkuliahannya dengan membuat satu pentas tari yang diberi judul ‘P.I.N.E: Perfection Is Not Everything’. Adapun pentas tari ini merupakan sebuah tugas akhir yang berupa Non-Skripsi.
Pentas tersebut memiliki sebuah slogan yakni ‘Art is not about perfection’ dan sudah ditampilkan di Teater Wahyu Sihombing pada Sabtu (20/4) yang lalu.

Ketiga mahasiswi ini ingin membawa isu yang jarang dipublikasikan dalam bentuk pentas tari dengan tujuan meningkatkan aktualisasi diri para penyandang disabilitas dan mengajak mereka untuk menari bersama di panggung. Tiga mahasiswi tingkat akhir bernama Wydelia, Grace serta Shakira ini berharap bisa belajar mengapresiasi diri dalam dunia seni pertunjukan, serta lebih paham tentang bagaimana membuat suatu pertunjukan tari. Pementasan tari ini tidak hanya fokus pada hasil akhirnya saja, namun juga menekankan pada proses bagaimana mereka dapat memecahkan masalahnya dan akhirnya dapat menghasilkan sebuah proyek dengan optimal.

London School of Public Relations (LSPR)

Mereka pun mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dengan berpartisipasi aktif dalam mengerjakan proyeknya sehingga mereka siap menghadapi tantangan dunia kerja di masa depan. Adapun pentas tari ‘P.I.N.E: Perfection Is Not Everything’, menjadi salah satu project sebagai hasil karya dan kreativitas 3 mahasiswi yang patut dihargai. Wydelia berharap para penyandang disabilitas yang ikut terlibat dalam pertunjukan ini dapat berkarya lebih lagi di bidang seni tari.

“Melalui pertunjukan tari ini saya berharap para penyandang disabilitas dapat mengerti bahwa mereka berharga dan mereka dapat berkarya lebih lagi di bidang tari,” ucap Wydelia dalam keterangan tertulis, Kamis (25/4/2024).

Sementara itu, Shakira mengungkapkan selama proses pembuatan ini memang ditujukan kepada penonton yang dapat merasakan dengan hati untuk penampilan spesial disabilitas.

“Selama proses pembuatan pementasan ini saya berharap karya ini dapat memberikan impact yang jauh lebih besar dari yang diharapkan, saya merasa pementasan ini memiliki sebuah arti yang berbeda- beda di mata banyak orang, tapi saya harap semua dapat mengartikan pementasan ini ke semua hal yang positif bagi semua pihak, dan tentunya pementasan ini dapat menyentuh hati semua yang menonton dan terlibat di dalamnya,” imbuhnya.

Menanggapi pentas tersebut, Dekan Fakultas Komunikasi Mikhael Yulius Cobis yang berperan sebagai dosen pembimbing beranggapan kegiatan tersebut bertujuan untuk penyampaian komunikasi melalui sebuah pertunjukan. “Kegiatan ini adalah upaya mereka dalam mengemas komunikasi melalui kegiatan pertunjukan dengan sentuhan seni tari dalam menyampaikan pesan kepada target audiens mereka. Mereka mendapatkan pengalaman dalam berkarya, pengalaman dalam menciptakan konsep karya, pengalaman ber-estetika dan pengalaman untuk merasakan fungsi pendidikan seni bagi kehidupan dan bekerja dalam tim”, jelas Mikhael.

Sebagai informasi, dalam produksi ini Wydelia Shallom didapuk sebagai produser, Grace Wijaya sebagai sutradara, dan Shakira Ibrahim sebagai Administrator. Wydelia dan Grace juga merangkap sebagai koreografer pertunjukan tari dan akan membuat seluruh koreografi dari pentas tari P.I.N.E. Shakira juga merangkap sebagai pengarah artistik untuk memastikan look dari pertunjukkan ini terlihat indah di mata para penonton. Tokoh utama dari pentas tari ini merupakan laki-laki berumur 20 tahun bernama Reyn yang diperankan oleh Rainer Rafael.

Selain itu, para penyandang disabilitas yang ikut menari dan menunjukkan bakat serta sudut pandang mereka masing-masing terdapat Namira Zania dari G-Star, Imam Saputra dari Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) dan Jennifer Natalie yang merupakan seorang Content Creator dan juga bagian dari komunitas teman tuli, Pop Joy Sign. Penampilan dari para cast P.I.N.E: Perfection Is Not Everything dihiasi dengan tata cahaya yang menarik dan menyentuh oleh Jalu Kumbang, salah satu mahasiswa dari LSPR juga. Serta, diiringi dengan scores dan lagu orisinil yang di compose oleh Imagia Ivana dan Theola Natasha.

Sumber : https://www.detik.com/edu/perguruan-tinggi/d-7309834/mahasiswa-lspr-ajak-penyandang-disabilitas-tampil-di-pentas-tari-p-i-n-e